Elderly friendly village program lesson learn effort to community-based to improve health and aging in Bantul District Yogyakarta_Dwi Endah
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Akan tetapi fase
perubahan tersebut dapat kita minimalisir dampak negatifnya sejak dini. Banyak
program atau aktivitas yang dirancang oleh satu negara atau lembaga atau
komunitas untuk kelompok lansia ini. Salah satunya fokus pada hal kesehatan
lansia. Bagaimana memantau, menjaga dan meningkatkan kualitas hidup lansia
melalui kesehatannya.
Adalah Dwi Endah, MPH dan Ratna Kusuma, SKM merupakan
fasilitator program ramah lansia dari. Bersama sharing knowledge dan beraksi dengan kader kesehatan dan
stakeholder setempat, program ini berhasil dilirik oleh salah satu lembaga dari
Jepang. Yaitu Asian Aging Bussines Center (AABC). Penerimaan yang baik, kesan
dari kunjungan tim AABC yang baik pula, akhirnya kedua fasilitator CSF ini
mendapatkan kesempatan untuk mengikuti The 10th
Anniversary Fukuoka Active Aging Conference in Asia Pacific 2016.
Conference ini
diselenggarakan 3 hari di Fukuoka
International Congress Center ,
Jepang pada 4-6 Maret 2016. Penyelenggaranya adalah Fukuoka City, Asian Aging Business Center (AABC), Social Welfare
Council of Fukuoka City, and Fukuoka Directive Council (FDC). Adapun tujuan dari conference ini adalah menghadapi tantangan Active Aging (Tua Aktif)
di Asia Pasifik : Membangun Kolaborasi untuk program Ramah Lansia antara
Akademisi, Industrial, Pemerintah dan Masyarakat Sipil.
Dwi Endah melakukan publikasi hasil penelitian berupa keberhasilan desa ramah lansia, upaya penyehatan lansia berbasis masyarakat. Penelitian ini merupakan hasil dari pendampingan selama 3 tahun di wilayah dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta. Kegiatan antara lain “ngaruhke simbah” (baca: menyapa lansia, program reresik omah (bersih-bersih rumah) lansia, home visit, Armada ramah lansia, Pelatihan care giver, Duta Ramah Lansia, long term care program, pemeriksaan kesehatan lansia, gizi lansia dll. Jumlah lansia yang dibina sebanyak 155 orang. Hasil dari longterm care terlihat prevalensi hipertensi sebanyak 36%. Dampak yang terlihat bahwa ada peserta lansia disable yang saat ini mampu melakukan gerakan ringan, duduk, setelah 7 tahun tidak mampu beraktifitas akibat struck dan ganggungan tulang belakang, lansia yang lain merasakan manfaat secara psikologis merasa lebih nyaman tinggal dirumah sendiri dan dengan adanya perhatian dari keluarga dan masyarakat. Adanya armada ramah lansia yang memberikan layanan 24 jam memberikan kemudahakn akses menuju sarana kesehatan yang dibutuhkan oleh lansia. Hal ini dapat dikatakan bahwa program Dusun Ramah Lansia dapat sebagai katalisator dalam upaya penyehatan lansia. Dari kesempatan ini, kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Pleret Bantul mendapat penghargaan dari ACAP (Active Ageing Consortium Asia Pasific). Semoga penghargaan ini menjadi semangat untuk terus berbuat kebaikan dan manfaat bagi masyarakat.