Para Manajer SDM mungkin akan bersorak penuh sumringah kalau saja para pegawai yang bekerja di kantornya memiliki motivasi kerja yang menjulang dan perilaku yang penuh dedikasi. Kita sendiri mungkin juga akan mendesis kegirangan kalau saja kita selalu punya mindset positif yang senantiasa berkibar-kibar.
Cuman soalnya, menjelujurkan spirit motivasi yang terus meruap-ruap sepanjang waktu ternyata tak semudah membikin indomie rebus. Banyak pengelola SDM yang merasa gundah lantaran menyaksikan motivasi kerja para pegawainya kian meredup. Banyak juga dari kita yang merasa frustasi lantaran self-motivation kita kok kayaknya kian termehek-mehek. Doh.
Lalu harus bagaimana? Apa yang kudu diracik agar motivasi dan perilaku kerja kita selalu bergerak ke arah yang kian cemerlang dan mak nyus?
Sebelum kita menelisik jawabannya, kita mau melihat betapa banyak perusahaan (dan mungkin kita sendiri) yang memberikan solusi keliru dalam proses memperbaiki perilaku dan motivasi kerja. Disini kita kita melihat kalau ada karyawan yang motivasi kerjanya melorot, atau yang mindset-nya amburadul, kita segera berasumsi bahwa mereka adalah karyawan atau SDM yang buruk; atau pegawai yang tidak mau berubah ke arah yang lebih baik.
Asumsi itu sering saya dengar dari para pengelola SDM : wah pak, disini karyawannya susah diajak melakukan perubahan. Wah pak, disini mindset karyawannya sulit untuk diajak maju. Atau wah disiplin dan motivasi para pegawainya disini kurang bagus pak.
Para pakar perilaku (human behavior) menyebut asumsi itu sebagai “fundamental attribution error”. Atau asumsi yang segera “menyalahkan” aspek SDM/aspek manusia-nya ketika menyaksikan berbagai keburukan.
Error itu suka muncul, misalnya ketika kita menyaksikan para pengendara sepeda motor di jalanan kota Jakarta (atau kota besarnya) yang mengendarai kendaraan dengan pecicilan. Pak polisi dengan mantap langsung menyebut : disiplin para pengendara sepeda motor di Jakarta sangat memprihatinkan. Atau komenter yang lebih ekstrem : mentalitas para pengendara sepeda motor sungguh tak bermartabat.
Komentar atau asumsi semacam itu disebut sebagai “fundamental error” sebab melupakan satu elemen yang amat penting, yakni : konteks, atau situasi.
Motivasi para karyawan menjadi kacau lantaran konteks/situasi telah membuat ia seperti itu. Para pengendara sepeda motor cenderung bertindak ugal-ugalan lantaran SITUASI telah mendorong mereka mengendarai sepeda motornya seperti itu.
Dengan kata lain, bukan SDM atau manusianya yang brekele; namun situasi atau konteks yang telah membuat mereka bertindak seperti itu.
Orang mengalami demotivasi lantaran mungkin situasi lingkungan kerjanya yang tidak kondusif (jadi bukan orang itu yang buruk motivasinya). Orang mengendarai sepeda motor dengan liar lantaran mungkin tidak adanya jalur khusus untuk sepeda motor atau karena sistem transportasi publik yang buruk. Dan orang tumbuh dengan mindset yang negatif karena mungkin ia bekerja dalam konteks yang membuat ia menjadi seperti itu.
Konteks. Situasi. Ini elemen yang amat penting ketika kita mau melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (lebih disiplin, lebih tekun, lebih gigih, dan lebih cemerlang).
Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, konteks yang menjadi penentu bagus tidaknya mindset para karyawan (atau juga motivasi kerja mereka) antara lain adalah ini : pola komunikasi atasan – bawahan; target kinerja yang jelas, terukur dan fair; atau mekanisme reward yang berbasis prestasi; kompetisi yang fun, asyik dan yang sehat antar bagian; atau juga lokasi/tata letak kantor yang mudah dijangkau dan nyaman. Dan tentu saja ada banyak contoh konteks/situasi lainnya.
Untuk melakukan perubahan perilaku dan mindset yang sukses, Anda harus kreatif dalam mengutak-utik beragam contoh KONTEKS tersebut diatas.
Artinya, untuk mengubah perilaku dan mindset orang, kita sebenarnya ndak perlu banyak “petuah, ceramah, sesi motivasi, beragam sosialisasi dan himbauan verbal lainnya”. Cukup ubah konteks dan situasi dimana mereka bekerja……dan perubahan perilaku akan dengan sendirinya segera terjadi.
di sunting dari www.strategimanagemen.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar