Rabu, 17 April 2019

Mind Mapping, Me And Friends

 

Analisis sebab munculnya masalah diperlukan untuk melihat akar masalah. Sehingga diharapkan ada beberapa alternative solusi yang dapat diberikan. Ini menjadi sesuatu hal yang asik dan menyenangkan ketika dibuat dengan cara fun yaitu melalui metode pembelajaran mind mapping, me and friends. Tujuan metode ini sebagai variasi pembelajaran di kelas supaya ada pelibatan teman melatih mahasiswa untuk dapat menjalin komunikasi, kerjasama dengan teman.

Tahap persiapan penyiapan kasus dan menghitung random kelompok mahasiswa terbagi menjadi 5-6 kelompok dengan jumlah 3-4 orang. Masing-masing kelompok juga akan random mendapat kasusnya. Setelah mendapat kasus masing-masing melakukan pemetaan analisis sebab masalah menggunakan sebab akibat dari kasus yang diberikan. Setelahnya mempresentasikan dengan cara yang unik yaitu dengan menempel-nempel Koran bekas yang didalamnya juga terdapat banyak tulisan/gambar-gambar secara random yang dapat digunakan sebagai bahan presentasi yang mewakilkan analisis sebab kasus serta pendekatan solusi. 

Contohnya dalam kasus penyebab layanan puskesmas menjadi sepi atau kasus adanya gizi buruk adalah pengetahuan ibu dan adanya sanitasi lingkungan. Mahasiswa dapat menempelkan tulisan atau gambar yang ada di dalam Koran sesuai lembar Koran yang dibagikan, misal di Koran tersebut ada gambar orang dengan tanda tanya dapat mewakilkan pengetahuan. Adanya keterbatasan dan Koran bekas sebagai model presentasi membuat mahasiswa menjadi lebih kreatif dan inovatif. Terkadang agak memaksakan tetapi akhirnya dalam presentasi mahasiswa dapat meyakinkan dengan berbagai argument dengan apa yang telah ditempel dalam kertas presentasi. Metode ini membuat mahasiswa enjoy dan senang. Hal ini diungkapkan oleh semua mahasiswa lebih mudah memahami dalam membuat suatu analisis maupun memahami mata kuliah khususnya perencanaan program kesehatan, managemen kualitas pelayanan kesehatan, organisasi dan managemen pelayanan kesehatan. Disela presentasi sebagai dosen saya menyampaikan muatan konsep sehingga tidak membosankan. 

Senin, 15 April 2019

Orang Tua Saya Lansia, Saya Juga Akan Menjadi Lansia


Lebih Dekat dengan Dwi Endah Kurniasih

15 April 2019 9:52 AM

PEDULI LANSIA: Dwi Endah Kurniasih saat menjadi pemateri workshop lansia di rumah dinas bupati Bantul beberapa waktu lalu. (MEITIKA CANDRA L/RADAR JOGJA)


BANTUL – Lembaga swadaya masyarakat yang fokus terhadap lansia di DIJ masih minim. Indonesia Ramah Lansia punya mimpi lansia harus bahagia.

MEITIKA CANDRA LANTIVA, Bantul

Dicemooh hingga dianggap kurang kerjaan. Itu di antara pengalaman pahit yang dialami Dwi Endah Kurniasih. Saat perempuan yang tinggal di Dusun Maesan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, itu berupaya memperjuangkan hak-hak lanjut usia (lansia). ”Saat awal-awal memang banyak yang mempertanyakan,” tutur Endah menceritakan pengalamannya yang terjadi beberapa tahun lalu itu saat dihubungi, Minggu(14/4). Ya, Endah sejak lama memutuskan concern perjuangannya untuk lansia. Terutama, nasib sosial lansia. Dengan membentuk wadah bernama Indonesia Ramah Lansia.

Menurut Endah, forum atau lembaga swadaya masyarakat di DIJ yang concern terhadap nasib lansia saat itu sangat minim. Bahkan, bisa disebut belum ada. Padahal, jumlah lansia di DIJ cukup tinggi. Sekitar 13,4 persen. ”Lansia adalah kelompok rentan. Penghasilannya minim, kondisi kesehatannya juga rentan. Dan, orang-orang di sekitarnya belum sepenuhnya mendukung mereka,” ucap Endah menyebut berbagai pertimbangan yang melecut semangatnya.

Bersama dengan sejumlah aktivis peduli lansia lainnya, Endah yang saat itu masih berstatus mahasiswi mulai mengejawantahkan gagasannya. Dengan memilih Pedukuhan Karet. Pedukuhan yang terletak di Desa/Kecamatan Pleret, Bantul, ini pada 2013 dijadikan sebagai kawasan ramah lansia. Melalui idenya ini, Endah leluasa memberikan berbagai program edukasi dan kesehatan bagi lansia di Pedukuhan Karet. ”Setiap Minggu pagi kami rutin senam bareng simbah dan Sunday morning,” ujarnya.

Perlahan tapi pasti, Endah gencar melakukan promosi. Bahkan, Endah bersama aktivis lainnya yang tergabung dalam Indonesia Ramah Lansia juga serius mendorong pemangku kebijakan publik. Agar mereka mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap kaum lansia.

”Sekarang sudah banyak yang sadar bahwa edukasi persoalan lansia memang penting,” katanya sumringah. Bahkan, gerakan yang digagas Endah ini telah berkembang di Kabupaten Bantul dan Sleman. Di Bantul, contohnya, ada 20 titik kawasan ramah lansia. Sedangkan di Sleman tiga titik. ”Total ada 600 lansia yang bergabung,” sebutnya. Selain kesehatan, Endah juga serius memberikan edukasi kepada keluarga yang memiliki lansia. Tujuannya, agar mereka bisa memperlakukan lansia dengan baik. Ujungnya agar lansia bisa mendapatkan hak yang layak di mata keluarga dan sosial.

Endah mengingatkan, bertambahnya jumlah lansia tak bisa dibendung. Berbeda dengan boom bayi yang bisa dicegah dengan program KB (keluarga berencana).
”Dari itu, yang perlu dipersiapkan adalah generasi muda peduli lansia. Jangan sampai usia tua tidak bahagia,” tegasnya. Gara-gara concern terhadap lansia, kata Endah, dia pernah mengikuti short course di Korea Selatan dan Jepang. Untuk mempelajari kawasan ramah lansia yang digagas kedua negara di Asia Timur itu.

”Saya curi ilmunya. Saya terapkan di sini. Diterima positif oleh masyarakat,” katanya. Di balik keputusannya memilih berjuang untuk lansia, perempuan yang kini didapuk sebagai direktur Indonesia Ramah Lansia ini juga punya alasan pribadi.

”Saya perempuan. Memiliki orang tua lansia. Suatu saat saya juga akan menjadi lansia. Jadi sudah semestinya kita peduli lansia,” ungkapnya. (zam/mg2)

sumber link berita : radarjogja



 

Zona Inspirasi Kompas TV