Jumat, 18 Oktober 2019

Asean conference on healthy ageing 2019

Kegiatan Asean conference on healthy ageing 2019. Kegiatan conference ini menghadirkan pembicara selain dari Indonesia dari delegasi negara ASEAN juga dari jepang. 

Sebuah kehormatan diberi kesempatan untuk berbicara menyampaikan ide dan karya yang telah dilakukan di forum international dan dapat belajar langsung dengan pakar. Hal yang disampaikan yaitu mengenai model pendidikan informal untuk lansia yang dapat dilakukan di masyarakat. Diharapkan adanya penyebarluasan informasi sekolah lansia menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap lansia untuk tetap aktif dan produktif.


ASEAN CONFERENCE ON HEALTHY AGEING (ACHA) 2019

" INTERDISCIPLINARY APPROACH ON HEALTHY AGEING "

Globally, including in the Asia Pacific regions,there are two persons entering the age of 60 in one second. It means that there are nearly 58 million people at the age of 60+ each year.  On average there are one in nine people who will be 60+ years old, and this ratio will be 5: 1 by 2050. If in the world, in 1950 there were 205 million people at 60+, 901 million in 2015, accounting for 12.3% population in the world, that will be more than 2 billion people, accounting for 22% by 2050. Although aging population is the positive result of social progress, economic development, health care improvement, it makes challenges to the growth of economies as the shortage of labor resource, rising health cost, social security, impact on savings, investment, consumption, shifting migration flows.

Asian populations have continued to grow; the region including South EastAsia (SEA)  Countries now has over 60 percent of theworld’s population and six of the 10 largest nations. There are health consequences related to large, expanding populations, although theconnections are often complex and mediated by social, economic, and technologicalfactors, and considerably influenced by governmental policies in health care and healthy ageing strategies. Healthcare demand in Southeast Asia (SEA) is increasing rapidly, driven by population growth rates that are expected to outstrip those of other geographies, and an epidemiological shift from infectious diseases to a chronic disease pattern matching western markets. Most of SEA’s spending on healthcare comes from the public sector (sometimes augmented by state-run insurance funds and personal expenditures).

To cope with improving health status of older persons, healthy and active ageing practices in Asia – Pacific and SEA have similarity in term of traditional pattern of community solidaritysuch as practices of family support, policy reforms that encourage older persons who are still capable to remain in the work place, and the ones who are not fully capable of self care and need long term care and end of life care. On the other hand there are gaps between develop countries and developing countries in the development of technology such as information technology, transportation, and various high technology in delivery services for the elderly.

Based on the above mentioned background, National Commission for Older Persons Indonesia, in collaboration with Active Aging Consortium Asia Pacific and Healthy Ageing Society of ASEAN Countries would conduct a conference on: Healthy Ageing in ASEAN Countries.

PURPOSE :

Main Objective 

Exchange knowledge and experiences in healthy ageing ASEAN

Specific Objectives

1. Analyze policy challenges and country approaches in  healthy ageing including   long-term care from various related multi sectors

2. Utilize research findings to support the development of  healthy ageing practices.

3. Lesson learned about multi disciplinary and multi sector  approach in the delivery of  wide range of care

4. Provide recommendations of  evidence/research  based to promote healthy ageing

5.Provide suggestions for further research



Minggu, 15 September 2019

ILC Club

 


Peningkatan keaktifan mahasiswa diperlukan untuk menunjang pembelajaran semakin efektif. Terlebih untuk mahasiswa kami yang sedang belajar memahami teori dan kontekstual analisis kebijakan dan managemen program kesehatan masyarakat. Pembelajaran klasikal perlu dimodifikasi dan diselingi student center learning yang selama ini berjalan. Sebab dalam pembelajaran mahasiswa tidak sekedar sebagai objek, tetapi sebagai subjek dalam proses perkuliahan.

Adalah ILC Club atau club para mahasiswa untuk semakin Innovative, like, Creative. Innovative berarti menjadikan pembelajaran ada nilai inovasi atau kebaruan, like diharapkan mahasiswa menyukai metode yang lebih friendly. Menjadikan mahasiswa sebagai orang yang bebas mengemukakan pendapat dan tidak ada judgment, serta pemberian reward dan motivasi. Diharapkan ketika mahasiswa menyukai dan menikmati perkuliahan, materi yang diajarkan lebih mudah dipahami. Creative sendiri adalah menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lainnya. Pendekatan proses metode pembelajaran ini penuh dengan ide-ide kreativitas dalam pemecahan kasus.

Teknis pelaksanaan mirip seperti acara TV Bang Karni. Dimana satu topic akan dibahas secara detail oleh mahasiswa. Dalam pelaksanaan ILC club yang paling ditunggu-tunggu adalah mahasiswa bintang. Untuk memperoleh mahasiswa bintang ini adalah peluang semua mahasiswa yaitu dengan memilih secara random melalui kertas yang digulung da nada 8 kertas yang terbubuhkan gambar bintang. Sedangkan kertas lainnya dibiarkan kosong. Semua mahasiswa mengambil kupon kertas dan membukanya masing-masing. Sebuah surprise bagi mahasiswa yang memperoleh kertas bertanda bintang.

Dimana mahasiswa bintang ini memperoleh penghormatan untuk sebagai komentator dan panelist, yang akan dipilih sebanyak 8 mahasiswa dengan scenario pro kontra. Mahasiswa yang lain melingkar duduk per kelompok layaknya audience yang memberikan umpan komentar disetiap meja. Sebagai dosen fungsinya sebagaimana Bang Karni memberikan arahan, memberikan stimulant, dan memberikan inputan sesuai pokok bahasan. Misal dalam membedah kasus pro kontra ratifikasi konvensi pengendalian tembakau atau FCTC akan dibahas mengenai konsep analisis segitiga kebijakan. Ada kelompok pro dan kontra. Sehingga mudah memahami aplikasi segitiga kebijakan.


Rabu, 17 April 2019

Mind Mapping, Me And Friends

 

Analisis sebab munculnya masalah diperlukan untuk melihat akar masalah. Sehingga diharapkan ada beberapa alternative solusi yang dapat diberikan. Ini menjadi sesuatu hal yang asik dan menyenangkan ketika dibuat dengan cara fun yaitu melalui metode pembelajaran mind mapping, me and friends. Tujuan metode ini sebagai variasi pembelajaran di kelas supaya ada pelibatan teman melatih mahasiswa untuk dapat menjalin komunikasi, kerjasama dengan teman.

Tahap persiapan penyiapan kasus dan menghitung random kelompok mahasiswa terbagi menjadi 5-6 kelompok dengan jumlah 3-4 orang. Masing-masing kelompok juga akan random mendapat kasusnya. Setelah mendapat kasus masing-masing melakukan pemetaan analisis sebab masalah menggunakan sebab akibat dari kasus yang diberikan. Setelahnya mempresentasikan dengan cara yang unik yaitu dengan menempel-nempel Koran bekas yang didalamnya juga terdapat banyak tulisan/gambar-gambar secara random yang dapat digunakan sebagai bahan presentasi yang mewakilkan analisis sebab kasus serta pendekatan solusi. 

Contohnya dalam kasus penyebab layanan puskesmas menjadi sepi atau kasus adanya gizi buruk adalah pengetahuan ibu dan adanya sanitasi lingkungan. Mahasiswa dapat menempelkan tulisan atau gambar yang ada di dalam Koran sesuai lembar Koran yang dibagikan, misal di Koran tersebut ada gambar orang dengan tanda tanya dapat mewakilkan pengetahuan. Adanya keterbatasan dan Koran bekas sebagai model presentasi membuat mahasiswa menjadi lebih kreatif dan inovatif. Terkadang agak memaksakan tetapi akhirnya dalam presentasi mahasiswa dapat meyakinkan dengan berbagai argument dengan apa yang telah ditempel dalam kertas presentasi. Metode ini membuat mahasiswa enjoy dan senang. Hal ini diungkapkan oleh semua mahasiswa lebih mudah memahami dalam membuat suatu analisis maupun memahami mata kuliah khususnya perencanaan program kesehatan, managemen kualitas pelayanan kesehatan, organisasi dan managemen pelayanan kesehatan. Disela presentasi sebagai dosen saya menyampaikan muatan konsep sehingga tidak membosankan. 

Senin, 15 April 2019

Orang Tua Saya Lansia, Saya Juga Akan Menjadi Lansia


Lebih Dekat dengan Dwi Endah Kurniasih

15 April 2019 9:52 AM

PEDULI LANSIA: Dwi Endah Kurniasih saat menjadi pemateri workshop lansia di rumah dinas bupati Bantul beberapa waktu lalu. (MEITIKA CANDRA L/RADAR JOGJA)


BANTUL – Lembaga swadaya masyarakat yang fokus terhadap lansia di DIJ masih minim. Indonesia Ramah Lansia punya mimpi lansia harus bahagia.

MEITIKA CANDRA LANTIVA, Bantul

Dicemooh hingga dianggap kurang kerjaan. Itu di antara pengalaman pahit yang dialami Dwi Endah Kurniasih. Saat perempuan yang tinggal di Dusun Maesan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, itu berupaya memperjuangkan hak-hak lanjut usia (lansia). ”Saat awal-awal memang banyak yang mempertanyakan,” tutur Endah menceritakan pengalamannya yang terjadi beberapa tahun lalu itu saat dihubungi, Minggu(14/4). Ya, Endah sejak lama memutuskan concern perjuangannya untuk lansia. Terutama, nasib sosial lansia. Dengan membentuk wadah bernama Indonesia Ramah Lansia.

Menurut Endah, forum atau lembaga swadaya masyarakat di DIJ yang concern terhadap nasib lansia saat itu sangat minim. Bahkan, bisa disebut belum ada. Padahal, jumlah lansia di DIJ cukup tinggi. Sekitar 13,4 persen. ”Lansia adalah kelompok rentan. Penghasilannya minim, kondisi kesehatannya juga rentan. Dan, orang-orang di sekitarnya belum sepenuhnya mendukung mereka,” ucap Endah menyebut berbagai pertimbangan yang melecut semangatnya.

Bersama dengan sejumlah aktivis peduli lansia lainnya, Endah yang saat itu masih berstatus mahasiswi mulai mengejawantahkan gagasannya. Dengan memilih Pedukuhan Karet. Pedukuhan yang terletak di Desa/Kecamatan Pleret, Bantul, ini pada 2013 dijadikan sebagai kawasan ramah lansia. Melalui idenya ini, Endah leluasa memberikan berbagai program edukasi dan kesehatan bagi lansia di Pedukuhan Karet. ”Setiap Minggu pagi kami rutin senam bareng simbah dan Sunday morning,” ujarnya.

Perlahan tapi pasti, Endah gencar melakukan promosi. Bahkan, Endah bersama aktivis lainnya yang tergabung dalam Indonesia Ramah Lansia juga serius mendorong pemangku kebijakan publik. Agar mereka mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap kaum lansia.

”Sekarang sudah banyak yang sadar bahwa edukasi persoalan lansia memang penting,” katanya sumringah. Bahkan, gerakan yang digagas Endah ini telah berkembang di Kabupaten Bantul dan Sleman. Di Bantul, contohnya, ada 20 titik kawasan ramah lansia. Sedangkan di Sleman tiga titik. ”Total ada 600 lansia yang bergabung,” sebutnya. Selain kesehatan, Endah juga serius memberikan edukasi kepada keluarga yang memiliki lansia. Tujuannya, agar mereka bisa memperlakukan lansia dengan baik. Ujungnya agar lansia bisa mendapatkan hak yang layak di mata keluarga dan sosial.

Endah mengingatkan, bertambahnya jumlah lansia tak bisa dibendung. Berbeda dengan boom bayi yang bisa dicegah dengan program KB (keluarga berencana).
”Dari itu, yang perlu dipersiapkan adalah generasi muda peduli lansia. Jangan sampai usia tua tidak bahagia,” tegasnya. Gara-gara concern terhadap lansia, kata Endah, dia pernah mengikuti short course di Korea Selatan dan Jepang. Untuk mempelajari kawasan ramah lansia yang digagas kedua negara di Asia Timur itu.

”Saya curi ilmunya. Saya terapkan di sini. Diterima positif oleh masyarakat,” katanya. Di balik keputusannya memilih berjuang untuk lansia, perempuan yang kini didapuk sebagai direktur Indonesia Ramah Lansia ini juga punya alasan pribadi.

”Saya perempuan. Memiliki orang tua lansia. Suatu saat saya juga akan menjadi lansia. Jadi sudah semestinya kita peduli lansia,” ungkapnya. (zam/mg2)

sumber link berita : radarjogja



 

Zona Inspirasi Kompas TV