Nikmat dari Allah, yang sering kita lupakan ialah nikmat sehat.
Banyak orang merasakan betapa indah dan enaknya sehat dikala badan
terserang sakit, dan barulah kita sibuk untuk menyembuhkan sakit itu.
Sementara dikala sehat kita begitu mengabailkan hak dari tubuh kita,
padahal ketika kita telah memenuhi hak-hak itu, maka sejatinya kita
telah melakukan pencegahan dari sakit. Dan tentunya, pencegahan itu
lebih baik dari pengobatan.
Rasulullah SAW pernah menegur sahabatnya, yang bernadzar akan
beribadah semalam suntuk agar semakin mendekatkan dirinya pada Allah,
itulah alasan nadzar sahabat itu. Tapi nyatanya, hal itu dilarang oleh
Rasulullah SAW, kemudian beliau pun bersabda yang intinya bahwa tubuh
kita ini juga punya hak, untuk tidur, untuk istirahat, memperoleh
makanan yang halal dan baik, perawatan dengan olah raga yang cukup dan
lain sebagainya.
Tentunya, melakukan perawatan dan pemeliharaan tubuh agar selalu
sehat tidak melulu bertumpu pada jasmani semata seperti dengan olah raga
yang cukup saja, asupan makanan yang bergizi saja. Seharusnya ada satu
hal, yang itu menjadi tameng tubuh kita dan menambah daya tahan tubuh
kita/imun agar tidak sakit-sakitan, yakni menjaga ‘hubungan dengan
langit’ agar selalu dekat dan dekat selalu (baca: ruhiyah).
Menjaga ritme ruhiyah kita, agar memiliki grafik yang cenderung
menanjak dan ada pengait agar tidak terjun bebas. Itulah ibadah-ibadah
harian kita, mulai dari tilawah kita, shaum kita, sholat berjama’ah
kita, tahajud kita dan ibadah-ibadah lainnya. Perawatan jasmaniah
idealnya satu paket dengan perawatan ruhiyah kita.
Dunia kesehatan medis modern sudah banyak yang mengupas, hubungan
antara ibadah seorang muslim dengan imun/daya tahan tubuhnya. Mulai dari
berwudhu, gerakan sholat yang ternyata lebih hebat dari gerakan senam
manapun, rutinitas tahajud yang bisa menguatkan daya tahan tubuh, dan
lain sebagainya.
Saya jadi teringat dengan salah seorang Ustadz sewaktu saya masih di
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Ustad Burhanuddin (semoga keberkahan
selalu mencurah baginya, Amin Ya Robb) pernah memberikan taujih kurang
lebih begini :
“Jadi tidak ada alasan untuk tidak baca almatsurat
maupun tilawah selepas sholat shubuh karena kesibukan dan ‘gangguan’
anak-anak kita yang sudah terbangun dari tidurnya. Sering saya bermain
dan mendorong sepeda anak saya keliling rumah sambil tilawah maupun
almatsurat. Target tilawah tercapai, riyadhoh menjaga kesehatan juga
tuntas”.
Sahabat, coba kita perhatikan Ustadz atau qiyadah–qiyadah kita.
Beliau, sebagian besar memiliki kesibukan dan agenda dakwah yang luar
biasa padatnya. Sering kita jumpai, pagi hari di kota A, siang di kota
B, sore di kota C, malam ke pengajian besar yang lain. Belum padatnya
tugas sebagai anggota dewan, misalnya yang terkadang harus rapat sampai
dini hari. Begitupun padatnya, alhamdulilah kondisi mereka sehat-sehat
saja.
Saya yakin, disamping mereka menjaga asupan jasmaniah dan olahraga
yang cukup, ada satu kata kunci yang tidak pernah mereka tinggalkan.
Hubungan langit itu tadi.
Pernahkah kita baca kesaksian Ustad Salim Fillah atas Almarhumah
Ustadzah Yoyoh Yusroh – allahu yarham, yang ‘menemukan’ beliau sibuk
muroja’ah dengan suaminya saat menanti sebuah acara, yang mana beliau
sebagai narasumbernya.
Bahkan dalam pengakuannya Almarhumah sekuat tenaga untuk tilawah
sehari tiga juz. Lho bukannya Ustadzah sibuk, tanya Ust. Salim Fillah.
Justeru semakin sibuk harusnya kita semakin banyak tilawah, tukas
Almarhumah. Kuatnya hubungan langit itulah – yang telah dijaga
Almarhumah – telah memberikan kekuatan bagi jasmaniahnya untuk
menunaikan tugas tugas dakwahnya di seantero bumi.
Dan, bukan berarti orang lain yang sehat selalu padahal dia menentang
dakwah bahkan memusuhinya menandakan dia begitu kuat hubungan langitnya
dengan Sang Pencipta. Tetapi memang, karuniaNya berupa nikmat sehat
diberikan kepada seluruh makhlukNya. Karena memang Dia Maha Pengasih
Lagi Maha Penyanyang.
***
Masihkah kita suka begadang sia-sia sampai larut malam, menghabiskan waktu malam sampai tidak tidur hanya untuk ngobrol ngalor ngidul
gak jelas mengabaikan hak tubuh ini untuk beristirahat? Padahal seorang
sahabat yang ingin menghabiskan malamnya untuk beribadah semalam suntuk
saja ditegur oleh Rasulullah SAW. Bagaimana kalau seandainya Rasulullah
SAW tahu dan melihat kita yang menghabiskan malam dengan begadang sia
sia semalam suntuk, tidak untuk beribadah?
Akhirnya, tidak ada salahnya ketika kesakitan menimpa badan ini yang
begitu ringkih. Merenunglah dalam dalam, bisa jadi disamping kita telah
mengabaikan hak tubuh ini, jangan jangan kita sakit karena
ruhiyah/hubungan langit kita menurun. Rengkuhlah segera kekuatan kita
untuk kembali mendekatkan hubungan langit kita.
Allahumma afiina fii badanina, Allahumma afiina fii syamiina, Allahumma afiina fii bashariina..
Ya Allah sehatkanlah badan kami, Ya Allah sehatkanlah penglihatan kami, Ya Allah sehatkanlah pendengaran kami…..
Amin Ya Robb..
sumber : www.fimadani.com